Wabup Lutim Paparkan 8 Aksi Konvergensi Penurunan Stunting di Hadapan Tim Provinsi Sulsel

LUWU TIMUR, Fakjur — Wakil Bupati Luwu Timur, Dra. Hj. Puswati Husler, memaparkan delapan aksi konvergensi penurunan stunting kepada Tim Penilai Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (28/5/2025). Paparan ini merupakan bagian dari evaluasi rutin percepatan penurunan stunting yang diikuti oleh seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Pemaparan dilakukan secara daring melalui Zoom Meeting dan dipusatkan di Aula Media Centre Dinas Komunikasi dan Informatika Statistik dan Persandian (Diskominfo-SP) Kabupaten Luwu Timur.

Dalam kesempatan tersebut, Puswati menyebutkan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 dan 2022 serta Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Luwu Timur sempat mencapai 26 persen. Namun, pada tahun 2024, angka itu berhasil ditekan menjadi 21,8 persen atau turun sekitar 4,2 persen.

“Penurunan ini membuktikan bahwa upaya intervensi yang kita lakukan mulai menunjukkan hasil positif,” ujar Puswati.

Menurutnya, penurunan angka stunting tidak lepas dari sinergi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat. “Ini adalah bukti bahwa anak-anak kita tumbuh lebih sehat, keluarga lebih bahagia, dan masa depan Luwu Timur semakin cerah,” katanya.

Pada paparan tersebut, Wabup juga memperkenalkan sejumlah inovasi daerah dalam pencegahan stunting, seperti:

  • Gemilang (Gerakan Menikah Sehat Menuju Generasi Cemerlang)
  • Mata Buntu (Jemput Rawat Inap Ibu Hamil Terpantau)
  • Papan Kosavids
  • Teko Panas (Teh Kelor Kaya Manfaat Bagi Ibu Hamil)
  • Bilik Siap Nikah
  • Pangkilan Candu (Pantau Keliling Ibu Hamil)
  • Pos Penting (Posyandu Pencegahan Stunting)

Inovasi-inovasi ini dirancang untuk meningkatkan cakupan layanan kesehatan maternal dan balita, serta memberdayakan peran keluarga dan masyarakat dalam mencegah stunting sejak dini.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Luwu Timur, Dohri Ashari, menambahkan, pada tahun 2025 seluruh desa di wilayahnya mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 85 miliar untuk intervensi sensitif, termasuk penanganan stunting.

Ia mengatakan, dukungan dari dunia usaha juga cukup signifikan, salah satunya dari PT Vale Indonesia yang memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 300 juta per desa setiap tahunnya. Sekitar 30 persen dari dana CSR tersebut dialokasikan untuk program penurunan stunting.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Luwu Timur pun turut andil dengan memberikan bantuan kepada anak-anak terdampak stunting sebagai bentuk kepedulian sosial.

“Sinergi antarlembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat sangat penting dalam percepatan penurunan stunting,” tuturnya.

Paparan ini menjadi wujud komitmen kuat Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dalam menjalankan strategi konvergensi yang melibatkan lintas sektor demi mewujudkan generasi penerus yang lebih sehat dan cerdas.

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah Kepala OPD dan instansi terkait seperti Bapelitbangda, DP2KB, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Diskominfo-SP, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perikanan, Satpol PP, DPMD, DLH, Dinsos P3A, Dinas PUPR, serta TP PKK Kabupaten Luwu Timur.

Dengan capaian yang telah diraih saat ini, Pemkab Luwu Timur optimistis dapat terus menekan angka stunting hingga sesuai target nasional, demi mewujudkan Luwu Timur yang maju dan sejahtera. (kominfo/Kas)