Tiga anak kecil berdiri di atas panggung dengan pakaian khas agama masing-masing.Dengan suara polos namun penuh keyakinan, mereka memimpin doa pembuka secara bergantian : Islam, Kristen, dan Hindu. Di hadapan para tamu dan orang tua murid, doa tiga iman itu melantun dengan hangat, mengawali kegiatan akhir tahun TK Negeri Pembina Tomoni Timur dengan pesan kuat : perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi dirayakan.
Beginilah cara TK Negeri Pembina Tomoni Timur menutup tahun ajaran 2024/2025—bukan dengan kemewahan, melainkan dengan makna. Tema yang diusung, “Orang Tua Hebat, Anak Cerdas Menuju Indonesia Emas”, menjadi benang merah dari seluruh rangkaian kegiatan yang menggambarkan kolaborasi erat antara guru, orang tua, dan anak-anak usia dini.
Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan peringatan tiga hari besar keagamaan sekaligus yakni ; Idul Fitri, Paskah, dan Hari Raya Nyepi. Dalam suasana yang sarat kebhinekaan, anak-anak tampil dalam berbagai peran: sebagai pembawa acara, anggota marching band mini, pembaca doa lintas iman, hingga penari tarian nusantara. Semua dibimbing langsung oleh para Bunda PAUD, para guru dan pendamping yang sabar, kreatif, dan penuh kasih.
Kepala TK Negeri Pembina Tomoni Timur Hj.Nursaidah,S.Pd dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter anak.
“Anak-anak cerdas lahir dari sinergi yang baik antara guru dan orang tua. Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan semangat toleransi sejak dini serta menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan menuju Indonesia Emas,” ujarnya.
Camat Tomoni Timur, Yulius, yang hadir memberikan apresiasi tinggi terhadap kreativitas dan keberanian sekolah dalam merancang acara yang menyentuh nilai-nilai dasar kebangsaan. Ia menyebut bahwa apa yang dilakukan TK Pembina adalah praktik pendidikan karakter yang konkret.
“Ini patut diapresiasi sebagai ide yang sangat brilian dari pihak sekolah . Kegiatan ini mampu membangun jembatan komunikasi untuk menciptakan kebersamaan dan kekompakan di antara peserta didik dan orang tua murid,” kata Yulius.
Ia juga menyampaikan bahwa mendidik anak usia dini bukan perkara mudah. “Anak-anak TK ini berbeda dengan siswa SMP atau SMA. Mereka masih polos, seperti kertas putih. Tergantung kita—guru, orang tua, dan lingkungan—apa yang akan kita tuliskan di lembaran putih itu. Hitam atau putih, semua tergantung pada nilai yang kita tanamkan sejak dini,” ucapnya.
dalam kaitan ini Bunda-Bunda PAUD memiliki keahlian khusus untuk menghadapi dunia anak-anak. Maka dari itu, dukungan dari orang tua sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak di masa keemasan mereka.
Kegiatan yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat: Kapolsek Tomoni Timur, Wakil Ketua IGTKI Kabupaten Luwu Timur, PHDI, Sekretaris Desa Cendana Hitam, kader PKK, serta orang tua dari 30 siswa TK Pembina yang terlibat aktif dari awal hingga akhir acara.
Selain pertunjukan seni dan pembacaan doa lintas agama, panitia juga menggelar lomba kreatif anak dan orang tua, serta penyerahan sertifiat . Kegiatan ini menjadi penutup manis yang membekas dalam ingatan.
Salah satu wali murid, mengaku terharu. “Saya bangga anak saya bisa belajar dalam lingkungan yang mengajarkan nilai toleransi dan cinta damai. Melihat mereka saling menghargai meski berbeda keyakinan, saya yakin masa depan bangsa ini ada di tangan yang tepat,” ucapnya.
Lewat acara ini, TK Negeri Pembina Tomoni Timur menunjukkan bahwa pendidikan karakter dan toleransi bukanlah wacana, melainkan tindakan nyata. Dan di pelosok Luwu Timur, benih Indonesia Emas itu mulai tumbuh—dalam nyanyian anak-anak, langkah kecil penari cilik, dan suara doa dari hati yang murni. (Red)