Melangitkan Mimpi dari Pelataran Sawah: Perpisahan Siswa SMA Negeri 10 yang Menggetarkan Hati

Luwu Timur , Fakjur Angin pagi menyapa lembut barisan bangku yang tersusun rapi di halaman sebuah sekolah yang dikelilingi hamparan sawah. Sabtu (12/04/2025), langit tampak cerah seolah turut merayakan sebuah momen penting: perpisahan Angkatan XVI UPT SMA Negeri 10 Luwu Timur.

Sekolah ini bukan sekolah besar di kota. Ia tumbuh perlahan di sudut sunyi Tomoni Timur, dikelilingi hijaunya padi dan riuh jangkrik. Namun dari tempat sederhana itu, mimpi-mimpi besar dilahirkan dan prestasi melangit ditorehkan.

Sebanyak 223 siswa dilepas hari itu, dalam prosesi yang tak biasa. Tiga bahasa—Indonesia, Inggris, dan Bugis—dipakai bergantian oleh pemandu acara, menandai keberagaman dan kekayaan budaya yang dijunjung tinggi. Iringan tarian “Puja to Manurung” yang dibawakan para siswa membuka acara dengan khidmat. Sebuah penghormatan pada akar kultural yang tumbuh bersama semangat akademik.

Para tamu penting turut hadir. Camat Tomoni Timur Yulius, anggota DPRD Luwu Timur, Kapolsek, Danramil, Kepala KUA, para kepala sekolah, komite, serta orang tua siswa duduk menyimak setiap rangkaian dengan mata yang tak jarang basah.

Dalam sambutannya, Kepala UPT SMA Negeri 10 Luwu Timur, Imam Sopi’i, tak menyembunyikan rasa bangga. “Kami mungkin urutan ke-10 saat berdiri, dan berada di pinggir sawah. Tapi dari segi prestasi, kami bisa bersaing. Kami tidak kalah,” katanya tegas, disambut tepuk tangan panjang.

Bukan omong kosong. Selama 18 tahun berdiri, sekolah ini telah meluluskan sekitar 3.500 siswa. Tahun ini saja, 13 orang berhasil masuk perguruan tinggi negeri lewat jalur prestasi. Tak hanya unggul dalam akademik, berbagai prestasi nonakademik pun terus menghiasi perjalanan sekolah ini.

Imam menegaskan bahwa pendidikan di sekolah ini tak semata mencetak siswa cerdas, tetapi juga berakhlak. Ia mengajak orang tua untuk terus terlibat dalam pendidikan karakter anak-anak. “Guru punya keterbatasan. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Camat Tomoni Timur, Yulius, dalam arahannya memuji pencapaian para siswa dan dedikasi para guru. “Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Ini adalah akhir dari satu babak, dan awal dari perjalanan baru. Dunia di luar sana menanti kalian—dengan tantangan, harapan, dan peluang,” katanya dengan suara bergetar.

ia  juga tak lupa menyampaikan terima kasih kepada para orang tua. “Keberhasilan hari ini adalah buah dari sinergi antara rumah dan sekolah. Tomoni Timur butuh kalian—para generasi muda yang berani bermimpi dan bekerja keras,” ucapnya penuh harap.

Acara ditutup dengan haru. Pelukan, tawa, dan air mata mewarnai akhir dari perjalanan itu. Tapi di balik semua itu, tersimpan satu keyakinan: bahwa di pelataran sawah yang sunyi ini, harapan telah dilangitkan. (Red)