Maret 13, 2025

Panen Jagung Perdana di Desa Maliwowo: Langkah Nyata Dukung Ketahanan Pangan Sulsel

IMG-20250226-WA0059

Angkona, Fakjur – Dalam upaya mendukung program ketahanan pangan yang digagas Polda Sulawesi Selatan, Polsubsektor Angkona Polres Luwu Timur menggelar panen jagung perdana di Desa Maliwowo, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (26/2/2025). Kegiatan ini menjadi bukti nyata sinergi antara aparat kepolisian, pemerintah daerah, dan kelompok tani dalam menguatkan ketahanan pangan lokal.

Panen perdana ini dilaksanakan di Dusun Bubu, Desa Maliwowo, dengan luas lahan 2 hektare dari total 40 hektare milik Kelompok Tani Ujung Matajang I. Jenis jagung yang ditanam adalah NK 212, produk dari Singenta, yang dikenal memiliki produktivitas tinggi. Meski baru tahap awal, hasil panen menunjukkan potensi yang menjanjikan, dengan rata-rata produksi mencapai 5,4 ton per hektare.

Hadir dalam acara tersebut sejumlah pejabat daerah, di antaranya AKP Marthinus Wemben, S.Sos (Kabag SDM Polres Luwu Timur), Asisten II Masdin, S.IP (mewakili Bupati Luwu Timur), AKP Muhajir, S.Pd (Kapolsek Wotu), Amrullah Rasyid (Kadis Pertanian), dan Andi Pale Jiwa, SP (mewakili Kadis Koperindag). Turut hadir pula IPDA Rusman, S.Sos (Kapolsubsektor Angkona), perwakilan Bulog, Babinsa Desa Maliwowo, serta Camat Angkona beserta para kepala desa setempat.

Nursiah, Ketua Kelompok Tani Ujung Matajang I, melaporkan bahwa kelompok tani yang dipimpinnya memiliki 38 anggota dengan total lahan garapan seluas 40 hektare. Namun, untuk panen perdana kali ini, baru 2 hektare yang dipanen. “Hasil panen biasanya mencapai 5,4 ton per hektare jika tidak terkena banjir. Saat ini, harga jual jagung basah ke pedagang mencapai Rp3.400 per kilogram,” ujarnya.

Meski antusiasme petani tinggi, sejumlah kendala masih menghadang. Salah satunya adalah kualitas bibit jagung yang dinilai kurang optimal. Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pertanian Luwu Timur menjelaskan bahwa bibit NK 212 berasal dari Kementerian Pertanian, bukan dari dinas setempat. “Untuk tahun 2026, kami telah mengusulkan pengadaan bibit jagung jenis Herbisida BISI 18 yang diharapkan lebih baik,” tegasnya.

Sementara itu, perwakilan Bulog menyampaikan bahwa harga jagung kering dengan kadar air 14 persen saat ini mencapai Rp5.500 per kilogram. Namun, Hasdar, Kepala Desa Maliwowo, mengungkapkan bahwa petani masih kesulitan menjual jagung dalam kondisi kering karena keterbatasan fasilitas pengeringan. “Mayoritas petani terpaksa menjual jagung basah dengan harga lebih rendah, padahal instruksi Presiden mengharuskan harga jual Rp5.500 per kilogram,” ujarnya.

Desa Maliwowo sendiri memiliki potensi lahan pertanian seluas 200 hektare lebih, yang siap dikembangkan untuk mendukung program ketahanan pangan. Namun, hal ini memerlukan dukungan anggaran yang lebih besar, terutama untuk pembangunan fasilitas pengeringan jagung.

Panen perdana ini merupakan buah dari kolaborasi antara Polres Luwu Timur, Kapolsubsektor Angkona, dan Kelompok Tani Ujung Matajang I. Program ketahanan pangan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi pangan, tetapi juga mendongkrak kesejahteraan petani di wilayah tersebut. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan program ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mewujudkan kemandirian pangan.(Rls/KS)