Riuh Kemah Pramuka Spensa Tomoni Timur dan Nasihat Bijak Bermedsos dari Camat Tomtim

Malam itu, Rabu 18 Juni 2025, langit Desa Kertoraharjo Kecamatan omoni Timr menggantung rendah, gelap tanpa bintang. Namun di halaman UPT SMPN 1 Tomoni Timur, suasana justru riuh, terang, dan hangat. Ratusan siswa berseragam Pramuka berkumpul melingkar di sekitar api unggun yang mulai menjilat langit malam. Di tengah bara yang menyala dan sorak kebersamaan, ada semangat yang tumbuh: semangat menjadi manusia tangguh sejak dini.

Sebanyak 340 siswa kelas VII dan VIII mengikuti kegiatan perkemahan Pramuka yang digelar selama tiga hari. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas ekstrakurikuler. Ia adalah ruang hidup—di mana kedisiplinan, kemandirian, dan keterampilan ditanam dengan penuh makna.

Camat Tomoni Timur, Yulius, hadir dan berdiri tegap sebagai pembina upacara pada malam puncak perkemahan . Di hadapan para siswa dan guru, ia tak memberi ceramah panjang lebar. Tapi pesannya menggugah: tentang media sosial, dunia baru yang digenggam anak-anak muda saat ini.

“Media sosial itu ibarat pedang bermata dua,” ujarnya dengan suara yang tenang namun penuh tekanan makna. “Ia bisa digunakan untuk kebaikan, tapi juga bisa menjerumuskan.”

Alih-alih melarang, camat tomoni timur mendorong para pelajar untuk memanfaatkan teknologi dengan bijak. Ia menyarankan agar media sosial dijadikan etalase prestasi dan narasi positif.

“Kalau 340 peserta kemah ini masing-masing mengunggah satu foto kegiatan hari ini, akan ada 340 cerita baik tentang sekolah ini yang menyebar ke luar sana. Gunakanlah media sosial untuk mengenalkan sekolah kalian kepada dunia,” katanya. Sebuah imajinasi sederhana yang mengundang anggukan dari para peserta.

Pesan itu menyusup ke malam, bersama denting musik dapur, derap langkah lomba LKBB, hingga riuh rendah yel-yel tim semaphore. Selama tiga hari, para peserta diuji bukan hanya fisiknya, tetapi juga mental dan kemampuan sosial. Ada lomba sambung tongkat, masak rimba, hingga bivak, yang tak sekadar ajang kompetisi, tapi juga sarana pembelajaran tentang kerja sama dan keuletan.

Di sela kegiatan, I Wayan Mardinata, salah satu guru pendamping Pramuka, menyampaikan tujuan utama dari perkemahan ini.
“Perkemahan ini dirancang untuk menumbuhkan kedisiplinan, keterampilan, dan kemandirian para siswa sejak dini. Sehingga ketika mereka dewasa nanti, mereka sudah terlatih di Pramuka dan siap menghadapi segala situasi kehidupan,” ucapnya.
Ia percaya, latihan seperti ini membentuk karakter yang tahan uji—sikap yang tak mudah dibentuk hanya lewat bangku kelas.

Kepala UPT SMPN 1 Tomoni Timur, Aris Ruruk, menyampaikan rasa bangga atas antusiasme anak-anak dan kekompakan para guru. Menurutnya, kegiatan ini sekaligus menjadi refleksi atas pentingnya pendidikan karakter di sekolah menengah pertama, terutama di era yang menuntut adaptasi tinggi.

Dan ketika api unggun itu akhirnya benar-benar menyala, ia tak hanya membakar kayu-kayu kering. Ia menyulut semangat baru. Di wajah-wajah yang memantul merah api itu, tergambar harapan. Bahwa sekolah di pelosok seperti SMPN 1 Tomoni Timur mampu menjadi titik mula dari generasi kuat, bijak, dan siap bersinar—baik di dunia nyata, maupun dunia maya.

Malam itu, di tengah dingin dan tanah yang lembap, para siswa berdiri bersama, menyatu dalam lingkaran cahaya. Tak sekadar berkemah. Mereka sedang mempersiapkan diri, untuk masa depan yang tak hanya layak diraih, tapi juga pantas dibanggakan. (Red)