TOMONI TIMUR, FAKJUR — SMA Negeri 10 Luwu Timur menggelar kegiatan sosialisasi tata tertib sekolah kepada orang tua siswa baru tahun ajaran 2025/2026. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (18/7/2025) di salah satu ruang kelas, dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah, Drs. Imam Sopi’i.
Dalam sambutannya, Imam menegaskan pentingnya kedisiplinan sebagai kunci utama meraih prestasi. Ia juga mengajak para orang tua untuk menjalin kolaborasi yang erat dengan pihak sekolah dalam mendidik siswa.
“Kami sangat berterima kasih karena Bapak/Ibu telah mempercayakan anak-anaknya kepada kami. Tugas kami di sekolah tentu tidak akan maksimal tanpa dukungan dan perhatian dari orang tua di rumah,” ujar Imam di hadapan puluhan orang tua siswa.
Salah satu poin penting yang disampaikan adalah penandatanganan tata tertib sekolah oleh orang tua sebagai bentuk kesepakatan bersama dalam pembinaan siswa. Imam berharap, komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah tetap terjaga agar setiap permasalahan siswa bisa segera diatasi.
“Kita ingin anak-anak ini tumbuh menjadi pribadi yang baik, berprestasi, dan berkarakter. Karena itu, kami tekankan pentingnya kerja sama antara sekolah dan orang tua,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan kebanggaannya terhadap prestasi siswa SMA Negeri 10 Lutim yang sudah beberapa kali lolos ke Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi negeri. Hal ini menjadi bukti bahwa meski berada di wilayah pinggiran, kualitas pendidikan di sekolah ini tak kalah dengan sekolah-sekolah besar di kota.

“Sekolah ini memang di tengah sawah, tapi prestasi tidak boleh dipandang sebelah mata. Kami terus dorong semangat belajar siswa, sekaligus membangun karakter mereka,” jelasnya.
Salah satu bentuk pendidikan karakter yang dijalankan di SMA Negeri 10 Lutim adalah kegiatan literasi kitab suci sesuai agama masing-masing siswa. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.
“Kami minta Bapak/Ibu ikut peduli, mendorong anak-anaknya aktif dalam kegiatan ini. Literasi kitab suci ini kami nilai sangat penting untuk membentuk karakter dan nilai moral siswa,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Imam juga menjelaskan sistem pemantauan kedisiplinan. Jika seorang siswa tercatat bolos hingga 40 kali, orang tua akan dipanggil. Jika mencapai 60 kali, pemanggilan kembali dilakukan. Namun bila pelanggaran mencapai 90 kali, sekolah akan mengevaluasi kemungkinan pemindahan siswa ke sekolah lain.
“Kalau sudah 100 kali melanggar, sekolah tidak lagi mengeluarkan surat pindah. Ini agar menjadi perhatian kita bersama bahwa disiplin adalah harga mati,” tegasnya.
Sosialisasi ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan perkenalan antara orang tua, kepala sekolah, dan wali kelas yang nantinya akan menjadi orang tua siswa selama berada di lingkungan sekolah. (kAS)






